1. MAKASSAR
  2. PARIWISATA

Rasakan sensasi tradisi ’ngopi’ ala Makassar di tempat ini

Ada yang konon berdiri sejak Indonesia belum merdeka

©2016 Merdeka.com Editor : Aan Pranata | Minggu, 15 Mei 2016 15:11

Merdeka.com, Makassar - Belanda membawa masuk kopi ke nusantara pada tahun 1669. Sejak saat itu, Indonesia berkembang menjadi salah satu negara pengekspor kopi terbesar di dunia. Kebiasaan meminum kopi pun perlahan-lahan menjadi tradisi masyarakat di berbagai daerah. Tak terkecuali Makassar.

Di Makassar, tradisi minum kopi sudah turun menurun dilakukan warga kota. Umumnya orang-orang memilih mendatangi kedai atau warung, untuk merasakan sensasi aroma kopi sambil mengobrol. Selain cita rasa, suasana interaksi sesama pengunjung kedai menjadi daya tarik tersendiri. Tidak sedikit, yang merasa aktivitasnya tidak lengkap jika dalam sehari tidak nongkrong di warung kopi.

Tidak percaya? Jika kamu di Makassar, coba kunjungi warung kopi di sekitarmu. Saban waktu, kamu akan dengan mudah menemukan orang dari berlatar belakang berkumpul di sana. Ada yang membicarakan hal santai, ada juga yang membahas pekerjaan serius. Semua di tengah suasana riuh menikmati sajian kopi lokal yang terkenal, Toraja dan Kalosi.

Beberapa tahun belakangan ini rutinitas ’ngopi’ di Makassar bisa dibilang semakin bertumbuh, seiring menjamurnya kedai kopi dengan konsep modern coffee shop. Pelan-pelan, kaum muda mengikuti kebiasaan menyesap kopi yang dulunya didominasi kalangan dewasa. Namun di antara gempuran warung modern, sejumlah warung kopi tradisional di Makassar tetap bertahan melayani tamunya. Selama puluhan tahun, tempat-tempat itu menjadi pilihan favorit warga kota menjalankan ritualnya setiap hari.

Kami memilihkan beberapa untuk menjadi rujukanmu merasakan sensasi tradisi ‘ngopi’ ala Makassar:

1. Phoenam

Awalnya berdiri dengan nama Phoenam Cold Drinks pada tahun 1946 di kawasan Jalan Nusantara. Liong Thay Hiong mendirikan kedai ini awalnya sebagai tempat singgah pelaut yang bersandar di pelabuhan. Sesuai nama Phoenam yang dalam bahasa mandarin berarti persinggahan selatan.

Warung Phoenam berpusat di jalan Jampea, dan bisa dijumpai di sejumlah cabang, seperti jalan Boulevard dan jalan Ratulangi. Satu cabang berdiri di jalan KH Wahid Hasyim Jakarta. Menu andalan di tempat ini kopi atau kopi susu yang diolah sepenuhnya secara manual. Konon citarasanya bertahan selama puluhan tahun. Ada juga menu yang terkenal, teh susu dan roti bakar isi selai kaya.

Kunjungi Phoenam pagi hari, dan temukan orang dari beragam latar belakang di sana. Mulai dari pebisnis, pekerja kantoran, hingga politikus elit.

2. Dottoro

Warung kopi ini pertama kali berdiri di jalan Tinumbu pada 1960-an, sebelum cabang-cabangya menyusul di sejumlah lokasi. Nama dottoro dalam bahasa Makassar berarti dokter. Pendirinya, H Naba, bermaksud menjadikan tempatnya sebagai penyembuh rasa jenuh bagi kaum pria dengan sajian kopi khas yang harum dan nikmat. Menu andalannya kopi susu yang disajikan kental.

Tempat ini menjadi tempat berbaur masyarakat dari berbagai macam kelas, dari tingkat bawah hingga atas. Gubernur Sulawesi Selatan, Syahrul Yasin Limpo konon selalu menginginkan kopi dari tempat ini menemaninya saat menjalani rapat-rapat penting.

3. Sija

Lokasinya di jalan Topas Raya. Daeng Sija, pemilik warung kopi ini, masih kerabat dengan H Naba. Tempat ini juga menyajikan kopi dengan cara manual. Salah satu yang khas, karena kopi diseduh dan dipanaskan di atas kompor minyak yang menghasilkan aroma khas. Nikmati menu andalan kopi susu dengan aneka penganan tradisional Makassar.

Saat ini Sija mengembangkan usahanya dengan membentuk franchise di beberapa lokasi di Makassar. Adapun pusatnya di Jalan Topaz Raya, sejak dua tahun lalu berganti nama menjadi Coffee Holic by Sija.

4. Daeng Anas

Nama tempat ini sesuai dengan nama pemiliknya, Nasruddin yang biasa dipanggil Daeng Anas. Berdiri di jalan Pelita Raya sejak awal 2000-an. Tempat ini belakangan dikenal sebagai tempat nongkrong warga dari beragam profesi. Pengunjungnya paling banyak wartawan media massa, baik lokal maupun nasional. Sejumlah PNS juga biasanya beristirahat siang di sini, karena terletak tidak jauh dari kantor-kantor pemerintahan.

Sama dengan warkop tradisional lainnya, tempat ini menyajikan kopi dengan cara seduh tradisional. Wadah menghangatkan dan menuang kopi menggunakan bahan kuningan, yang dipercaya menghasilkan aroma dan rasa khas.

5. Hai Hong.

Konon, kedai ini sudah berdiri sebelum Indonesia merdeka. Sampai sekarang masih berlokasi di tempat awalnya dibangun, jalan Serui. Lokasinya di tengah pemukiman etnis Tionghoa yang strategis, dekat dari pelabuhan dan pusat kota Makassar.

Bangunan kedai yang mempertahankan arsitektur klasik menjadi daya tarik tersendiri. Sajian kopi khasnya juga menarik perhatian pengunjung. Di sini, kopi disajikan dengan berbagai pilihan. Mulai kopi hitam, kopi susu, serta tambahan lain seperti madu, jahe, dan gula merah. Pengunjung bisa memilih, porsi besar atau kecil.

(AP)
  1. Jelajah Kota
  2. Zona Turis
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA