1. MAKASSAR
  2. PARIWISATA

Menjenguk kenangan di Fort Rotterdam

Dibangun di masa Kerajaan Gowa-Tallo, benteng ini pernah dikuasai VOC dan Belanda di zaman penjajahan.

©2016 Merdeka.com Editor : Aan Pranata | Minggu, 08 Mei 2016 13:56

Merdeka.com, Makassar - Kota Makassar tidak melulu dikenal dengan wisata bahari dan kulinernya. Di ibukota Sulawesi Selatan ini, orang juga bisa berziarah ke masa lampau dengan mengunjungi sejumlah objek wisata sejarah. Salah satu yang paling terkenal, benteng Fort Rotterdam peninggalan Kerajaan Gowa - Tallo.

Benteng Fort Rotterdam berdiri di jalan Ujung Pandang, menghadap laut atau ke arah barat. Dengan luas sekitar 3 hektar,  bangunan ini membentuk lima sudut atau bastion yang jika dilihat dari atas sepintas mirip penyu. Konon, benteng ini dulunya bernama Benteng Panyua (penyu), merujuk bentuk bangunan. Penyu juga menjadi simbol Kerajaan Gowa, yang berjaya di darat dan laut.

Dinding Fort Rotterdam dibangun dari susunan batu dan tanah liat dengan ketebalan rata-rata 2 meter. Tingginya bervariasi, dari 5 hingga 7 meter. Di kawasan dalam benteng hingga kini berdiri 15 bangunan klasik berarsitektur eropa, peninggalan Belanda yang sempat mengambilalih di zaman kolonial.

Kini Fort Rotterdam menjadi daya tarik tersendiri bagi warga kota Makassar. Saban hari, terutama petang, orang-orang ramai mengunjunginya. Baik untuk sekadar berjalan-jalan, bersantai, atau merekam jejak sejarah yang masih tertinggal di antara bangunan bersejarah. Sejumlah komunitas juga kerap menggunakannya untuk beragam kegiatan. Adapun pengunjung dari luar, baik lokal maupun mancanegara, kerap menjadikannya sebagai salah satu tujuan wajib selama di Makassar.

Di sekitar benteng terdapat sejumlah taman yang sering digunakan untuk bersantai. Untuk mengetahui lebih dekat perjalanan sejarah benteng, tinggal mengunjungi museum I Lagaligo di kawasan dalam benteng. Di sana kita bisa melihat berbagai benda-benda peninggalan zaman dahulu, mulai dari era Kerajaan Gowa - Tallo, VOC, Belanda, hingga Pemerintahan Indonesia di awal kemerdekaan.

Di sisi lain bangunan, pengunjung bisa mengunjungi sel tahanan yang konon pernah ditempati Pangeran Diponegoro di zaman pendudukan Belanda.

Menurut sejumlah literatur, Benteng Rotterdam dibangun dengan nama Benteng Jumpandang pada tahun 1545 oleh Raja Gowa IX I Manrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung Tumapa’risi’ Kallonna. Dalam perjalannya, benteng ini banyak mengalami perubahan fungsi. Awalnya sebagai salah satu benteng pengawal untuk melindungi benteng induk Somba Opu, yang menjadi pusat pertahanan dan pemukiman pimpinan kerajaan. Pada masa Pemerintahan Sultan Hasanuddin, benteng menjadi pusat persiapan perang dan membasuh panji-panji dengan darah dalam menghadapi penjajah.

Perang Kerajaan Gowa dengan VOC berakhir dengan penandatanganan perjanjian Bungaya pada 18 Nopember 1667. Salah satu isinya, mewajibkan kerajaan Gowa menyerahkan benteng itu kepada VOC. Saat Belanda mengambil alih benteng ini, namanya diubah menjadi Fort Rotterdam. Gubernur Hindia Belanda saat itu, Cornelis Speelman memilih nama untuk mengenang daerah kelahirannya di Belanda, Rotterdam. Bangunan warisan Belanda-lah yang bertahan di dalam benteng sampai sekarang.

Balai Pelestarian Cagar Budaya Makassar mencatat, Fort Rotterdam pada pemerintahan Jepang (1942-1945) dijadikan pusat penelitian pertanian dan bahasa. KNIL menggunakannya pusat pertahanan dalam menumpas gerakan perlawanan TNI dan pejuang Republik Indonesia. Mulai Tahun 1970 benteng dikosongkan dan diserahkan kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan untuk perawatan dan pelestariannya. Tahun 1974 dijadikan sebagai pusat budaya Sulsel, sarana wisata budaya dan pendidikan.

(AP)
  1. Wisata Sejarah
  2. Zona Turis
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA