1. MAKASSAR
  2. KABAR MAKASSAR

Delapan bulan, Bea Cukai Sulawesi sita 8 juta batang rokok ilegal

Rokok rata-rata berasal dari Jawa Timur

©2017 Merdeka.com Editor : Aan Pranata | Sabtu, 19 Agustus 2017 16:19

Merdeka.com, Makassar - Petugas Kantor Bea Cukai Wilayah Sulawesi pekan ini menyita satu truk kontainer berisi sekitar 5,5 juta batang rokok ilegal di wilayah kabupaten Maros, Sulawesi Selatan. Rokok dengan pita cukai palsu ditengarai berasal dari pabrik di Jawa Timur sesuai tulisan di kemasan, dan akan diedarkan di berbagai daerah di Sulsel.

“Rokok yang tidak dilengkapi cukai dan pajak alas rokok ini diperkirakan bernilai Rp3,6 miliar. Tak hanya merugikan negara, tapi juga dapat mengganggu kesehatan masyarakat,” kata Kepala Bidang Penindakan dan Penyidikan Bea Cukai Sulawesi, Agus Amijaya beberapa waktu lalu.

Agus mengungkapkan, temuan rokok ilegal berawal dari laporan masyarakat. Berdasarkan penyisiran aparat Bea Cukai di lapangan, akhirnya ditemukan sebuah truk mencurigakan di kawasan Bonto Sunggu, kecamatan Bantimurung, Maros. Saat itu supir truk dan rekannya yang berinisial SF dan SR tak mampu menjelaskan soal barang bawaannya.

Sang supir, oleh petugas kemudian diminta membuka sejumlah muatan yang terbungkus karung. Ditemukanlah bungkusan rokok berpita cukai palsu dengan merk Surya Indah. Dari lokasi, truk dan supir langsung diamankan ke Kantor Bea Cukai di Makassar.

Agus mengatakan, temuan rokok ilegal sudah berulang kali. Sejak Januari hingga pertengahan tahun 2017, jumlahnya mencapai 8 juta batang. Itu lebih besar dibandingkan total temuan di tahun 2016, yang mencapai 6 juta batang. Adapun pelaku rata-rata menggunakan modus yang sama.

“Yang didapatkan di lapangan selama ini berperan sebagai supir yang bertugas per order. Mereka mengaku dibayar begitu barang antaran sampai. Pengirim dan orang tujuan kata mereka tak dikenali, dengan nomor telepon yang berganti-ganti,” ujar Agus.

Bea Cukai Sulawesi mensinyalir daerah Sulsel sebagai pasar yang menjanjikan bagi pengedar rokok ilegal. Barang tersebut disukai masyarakat kelas bawah, terutama pada daerah pegunungan, perkebunan, serta pesisir, karena harga yang lebih rendah dibandingkan pasaran. Meski penyelidikan sering berakhir buntu, Agus optimistis dapat membongkar pelaku hingga ke tingkat produsen.

“Kondisi rillnya memang sulit menemukan orang di balik ini. Tapi kita coba kejar sampai ke daerah produksi di Jawa Timur, bekerja sama dengan Bea Cukai setempat,” Agus melanjutkan.

(AP)
  1. Peristiwa
SHARE BERITA INI:
KOMENTAR ANDA