Semua pihak berkomitmen menjaga kota Makassar tetap aman dan damai, serta menghindarkan diri dari provokasi
Merdeka.com, Makassar - Sedikitnya 300-an tokoh lintas agama, Ormas dan tokoh pemuda dan mahasiswa se Makassar berkumpul di kediaman pribadi Wali Kota Makassar Mohammad Ramdhan Pomanto, di Jalan Amirullah Makassar, Selasa malam (16/5).
Pertemuan ini merupakan langkah yang ditempuh nahkoda Makassar ini mengantisipasi kerawanan serta demi menjaga kondusifitas Makassar dari imbas politik pasca Pilgub DKI Jakarta.
"Makassar adalah rumah kita bersama, supaya orang paham kota ini tidak seperti hotel yang datang check in, check out lalu ditinggalkan," katanya.
Sehingga kata Danny, orang yang memahami Makassar sebagai rumah bersama akan saling menghargai dengan berpegang teguh pada nilai- nilai leluhur budaya Makassar sipakatau (saling menghargai), Sipakainga (Saling mengingatkan), dan Sipakatau (saling menghormati).
Seluruh tokoh serta ormas keagamaan dari agama Islam, Kristen Katolik, Protestan, Hindu, Budha, dan Kong Hu Cu hadir di tempat ini. Mereka sepakat membangun komitmen bersama demi Makassar yang senantiasa aman, damai, serta tidak gampang tersulut provokasi pihak- pihak yang tidak bertanggung jawab.
"Apa pun yang terjadi di Jakarta atau di daerah lain, Makassar harus tetap aman. Kita punya sejarah kelam yang tidak boleh lagi terulang. Makassar jangan mundur lagi ke belakang, SETUJU!!!," orasi Danny disambut kata yang sama dan aplaus yang meriah.
Selain Danny, hadir pula Kapolrestabes, Kapolres Pelabuhan, Kajari, Dandim 1408 BS, anggota DPRD, dan Ketua MUI Makassar.
Sementara itu Kapolrestabes Makassar Kombes Pol Endi Sutendi mengaku lega dan sangat mengapresiasi melihat solidnya berbagai ormas, tokoh agama, dan berbagai elemen yang hadir.
"Ini membuktikan bahwa semua masyarakat dari berbagai elemen, suku, agama, dan ras cinta kedamaian Makassar. Alhamdulillah saya sudah 5 bulan di sini, situasi Makassar tetap kondusif," pungkasnya.
Hal inilah yang menurutnya harus terus dipertahankan. Ada pun dinamika kejadian yang terjadi selama ini masih wajar- wajar saja. "Tapi jangan kita mau diadu domba dan tentunya pengalaman masa lalu jangan sampai terulang kembali karena dampaknya yang tersakiti adalah kita sendiri warga kota Makassar," katanya.
Di masa lalu, Dua peristiwa konflik besar melibatkan etnis pernah pecah di Makassar. Salah satunya terjadi di tahun 1997 yakni etnis Tionghoa dan Bugis-Makassar yang merupakan sejarah kelam kerukunan di kota ini. Hal inilah yang menjadi kekhawatiran bersama sehingga semua sepakat menjaga agar tragedi tersebut tidak terulang kembali.
Diakhir kegiatan Danny mempertegas jika pertemuan tokoh masyarakat lintas agama dan berbagai elemen itu akan rutin dilaksanakan per tiga bulan. Ia menggarisbawahi bahwa deklarasi malam itu adalah sama- sama menyepakati jika panglima tertinggi adalah hukum. Jika terjadi hal- hal yang tidak diinginkan maka jalan tengahnya adalah menyerahkan segala prosesnya ke jalur hukum. Kegiatan ini ditutup dengan bersama menyanyikan lagu kebangsaan Indonesia Raya. (NIA)