Wali Kota Danny mengerahkan relawan dari kalangan pelajar dan masyarakat umum
Merdeka.com, Makassar - Pemerintah Kota Makassar bakal memperingati hari disabilitas internasional dengan Gerakan Literasi Makassar, yang digelar di Lapangan Karebosi, Sabtu (3/12). Salah kegiatannya adalah mengetik ulang 50 ribu buku bacaan.
Buku bacaan dari beragam kategori tersebut akan dikonversi secara digital ke dalam huruf braile dan buku audio, agar dapat dibaca kalangan tuna netra.
Wali Kota Makassar Danny Pomanto menyatakan bakal mengerahkan 50 ribu relawan yang terdiri dari pelajar dan berbagai kalangan masyarakat. "Ini bentuk dedikasi Makassar untuk saudara-saudara para tunanetra," ujar Danny, Kamis (1/12).
Danny menganggap literasi sangat penting bagi peradaban bangsa. Tanggung jawab pemerintah untuk mencerdaskan warganya, termasuk penyandang disabilitas dengan menyediakan buku bacaan yang berkualitas.
Gerakan Literasi Makassar merupakan bagian dari "Gerakan Berbagi Buku untuk Tuna Netra" yang dijalankan perusahaan teknologi IBM Indonesia dan Yayasan Mitra Netra. Kegiatan ini bersifat gerakan sosial estafet. Melalui tema, "Tantangan Berbagi Buku", penyelenggara menantang pihak lain untuk menggelar kegiatan serupa.
Tantangan Berbagi Buku sebelumnya diawali di Bogor. Wali Kota Bogor Bima Arya kemudian menantang Wali Kota Bandung Ridwan Kamil. Tantangan dijawab Ridwan dengan menggaet seribu relawan dari kalangan pelajar untuk membuat buku bagi tunanetra.
Setelah kegiatan di Bandung, Ridwan Kamil pun menantang Wali Kota Makassar Danny Pomanto untuk membuat kegiatan yang lebih meriah. Makassar ditunjuk supaya lompatan pemerataannya lebih jauh terasa. Ridwan tidak ingin gema gerakan ini hanya terpusat di Jawa.
Sebelumnya Manager CSR IBM Indonesia Santi Diansari mengungkapkan, setiap tahunnya di Indonesia diterbitkan 30 ribu buku. Namun hanya sekitar 2.800 di antaranya berupa braille dan serta 2.500 buku audio yang tersedia untuk tunanetra. Kondisi itu tak sebanding dengan penyandang tunanetra yang mencapai 3,5 juta. Gerakan berbagi dianggap sangat perlu untuk membantu para penyandang tunanetra mengakses pengetahuan lebih banyak lagi melalui buku.