Sebelumnya ditetapkan berdasarkan survei lewat situs internet
Merdeka.com, Makassar - Pemerintah Kota Makassar secara resmi meluncurkan sepuluh ikon kuliner Makassar di ajang Makassar International Eight Festival and Forum, di Anjungan Pantai Losari, Jumat (9/9) malam.
Ikon kuliner tersebut, masing-masing coto Makassar, pallu basa, pallu mara, sop saudara, konro, konro bakar, jalangkote, mi kering, pisang ijo, dan pisang epe.
Kepala Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif Kota Makassar Rusmayani Madjid mengatakan, ikon kuliner ditetapkan sebagai upaya pengembangan pariwisata kota. Masing-masing menu bakal jadi bagian identitas Makassar pada setiap program promosi ke luar.
“Adanya ikon kuliner ini bisa digunakan sebagai bahan dalam menyusun kebijakan pengembangan kepariwisataan, baik secara nasional maupun skala internasional,” kata Rusmayani. Ke depan, Pemkot Makassar akan menggandeng industri makanan, asosiasi pengusaha, akademisi, praktisi serta pelaku usaha kuliner dalam pengembangan wisata kuliner lokal.
(Baca juga: Mengenal 10 ikon kuliner Makassar di festival F8)
Sepuluh ikon kuliner Makassar sebelumnya ditetapkan berdasarkan survei oleh Dinas Pariwisata dan Ekonomi Kreatif melalui situs internet. Dari 20 daftar makanan dan minuman, diambil sepuluh dengan pemilih terbanyak. Coto Makassar keluar sebagai jenis makanan terfavorit.
Wali Kota Makassar Danny Pomanto mengungkapkan bahwa tujuan wisatawan ke kota Anging Mammiri rata-rata untuk menikmati kuliner lokal. Persoalanya, selama ini pemerintah belum pernah menetapkan atau memetakan menu favorit dan andalan. Penetapan ikon kuliner juga disebut sebagai bentuk rasa terima kasih kepada penemu makanan-makanan lokal yang hingga saat ini tidak diketahui orangnya.
“Malam ini kita tetapkan 10 menu kuliner itu sebagai ikon kuliner kota Makassar. Dan kita harus bangga dengan kekayaan yang kita miliki itu,” kata Danny.
Bagi Danny tidak perlu ditanyakan lagi daya tarik sepuluh ikon kuliner Makassar. Dia menceritakan pengalamannya saat bersama rombongan Pemkot memperkenalkan sepuluh menu tersebut di Madrid, Spanyol pada acara bazaar kebudayaan Indonesia. Saat itu, hanya butuh waktu tiga jam bagi pengunjung menghabiskan semua makanan yang disajikan.
“Sampai di luar negeri juga sangat digemari. Itu yang menginspirasi sehingga semua makanan tersebut kita angkat sebagai ikon, yang diharapkan bisa mendunia,” Danny menambahkan. (NIA