Ruang kontrol merupakan teknologi dilengkapi layanan pendidikan berbasis elektronik
Merdeka.com, Makassar - Wakil Presiden HM Jusuf Kalla meresmikan aplikasi elektronik Panrita Center dan gedung guru yang dinamai sesuai namanya ”Jusuf Kalla", di kantor Dinas Pendidikan Provinsi Sulawesi Selatan. Peresmian digelar di kantor dinas, jalan Perintis Kemerdekaan Makassar, Jumat pagi (28/7).
Ruang JK e-Panrita Centre merupakan ruang kontrol berbasis teknologi yang dilengkapi layanan pendidikan berbasis elektronik. Sarana ini menyajikan berbagai layanan dalam satu aplikasi, antara lain absensi online, e-learning, konferensi video, berita dan hiburan, serta jajak pendapat online.
Sedangkan ruang guru Jusuf Kalla berwujud aula pertemuan dengan kapasitas hingga 500 orang. Gedung ini difungsikan untuk berbagai aktivitas di dunia pendidikan, baik formal maupun informal. Gedung ini membantu ketergantungan dinas dalam penggunaan hotel dan gedung pertemuan komersil saat menggelar kegiatan dengan banyak peserta.
"Saya mengapresiasi aplikasi e-Panrita Center, dan bagi saya suatu kehormatan Jusuf Kalla digunakan sebagai nama ruang guru di sini. Diharapkan ini menjadi contoh yang baik," kata Wapres Kalla.
Menurutnya, nama Panrita adalah orang yang dianggap pintar dan ahli. Panrita dalam istilah Bugis Makassar merupakan gelar tertinggi, karena mempunyai keahlian bukan hanya pendidikan saja tapi pada bidang lainnya.
Selain itu, dirinya berharap aplikasi e-Panrita Center dapat dijadikan potensi peningkatan tenaga pengajar dan bukan hanya dijadikan instrumen, tetapi bagaimana mengawasi perilaku guru menjalankan sistemnya dengan baik.
"Tentu dengan aplikasi ini bisa mengawasi guru-guru agar sistemnya jalan, silabus dan kurikulum jalan dan murid akan berperilaku yang baik," katanya.
Gubernur Sulsel Syahrul Yasin Limpo dalam sambutannya mengharapkan, dengan pengalihan ke pemerintah provinsi, pengelolaan SMA dan SMK/sederajat dapat lebih maju dari sebelumnya.
Diketahui sebanyak 1.100 SMK dan SMK sederajat dengan jumlah tenaga guru PNS sebanyak 16 ribu belum termasuk tenaga honorer, kata dia, dengan adanya aplikasi tersebut dapat mengawasi kinerja para tenaga pengajar tersebut.
"Kita ingin lebih baik lagi bila dikelola provinsi, teknologi aplikasi ini mungkin baru pertama kali di Indonesia, karena bisa terdeteksi 150 meter dari sekolah, hingga membuka silabus, tidak masuk kantor, termasuk kepala sekolahnya bisa diawasi," jelas Syahrul.